Sunday, December 16, 2007

Filosofi NGOPI

Dari budaya tradisional yang mengakar, kopi menjelma menjadi budaya kontemporer yang yang erat kaitannya dengan trend gaya hidup. Istilah ngopi atau nyangkruk pun mengakar. Budaya kopi di Indonesia sudah berusia lebih dari seabad, sudah menjadi tradisi dan melebur dengan budaya lokal. Kita mengenal Tek Siong, yang membuka usaha penyangrai kopi Tek Soen Ho sejak 1878, yang sekarang eksis dengan nama Bakoel Koffie di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di luar Jawa, tepatnya di kota PematangSiantar, 130 km arah tenggara Sumatera Utara, sejak 1925 berdiri usaha kopi dengan nama dagang Massa, yang kemudian eksis dengan nama Kok Tong, si pendiri sekaligus si empunya yang menurunkan usahanya dengan perkembangan yang pesat di gerai salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Medan. Dulu biji kopi disangrai dan digerus sendiri di rumah, kemudian beralih ke warung dan kafe.
Modernisasi dan perubahan gaya hidup berdampak pada berubahnya budaya ngopi. Istilah ngopi pun menjadi ngafe. Dari kopi hitam jadi kopi serbamanis ala Starbucks. Dari warung pinggir jalan, beralih ke kedai kopi modern, berkelas dan kosmopolit. Gerai seperti Starbucks, Coffe Bean atau Dome seolah menawarkan cara baru untuk menikmati kopi dengan sentuhan gaya hidup. Dekorasi interior yang sophisticated, sofa empuk, ruangan dingin beralunkan musik plus fasilitas hotspot untuk berselancar di internet.
Perkembangan terakhir bahkan kaum metropolis menjadikan gerai-gerai kopi tersebut sebagai tempat mengisi dan berbagi ide, bagi pebisnis maupun pekerja. Terkesan seluruh atmosfer gerai merasa menyatu dengan jiwa para penikmat kopi yang datang dari berbagai latar. Sebagai rumah kopi modern yang memanjakan para penikmat kopi, terkadang banyak nonpeminum kopi yang datang karena suasana. Kopinya pun tak melulu hitam. Ada yang dicampur es, diberi banyak rasa, mulai karamel, moka, vanilla sampai teh hijau dan pisang.
Dari secangkir kopi nikmat, ternyata dibalik itu tersimpan berbagai filosofi. Hanya penikmat kopi yang sudah advance yang sangat memberi perhatian pada detail kopi. Mulai dari tanah asal biji kopi, penyimpanan, hingga proses seperti roasting (penyangraian), grinding (penggilingan), atau brewing (merebus). Pada level tertentu, penggila kopi tidak hanya tertarik pada rasa, akan tetapi juga pada background kopi yang diminum.

Beberapa proses cupping atau coffe tasting yang wajib anda ketahui:
1. ESPRESSO
Biasa disebut sari kopi. Dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, wujud espresso bak cairan pekat. Rasanya pun kuat dan tajam. Satu singel espresso setara dengan 30-44 mm cairan. Penyajiannya dalam gelas kecil yang disebut shot. Espresso menjadi campuran dasar minuman kopi lain seperti latte, cappuccino atau moccacino.

2. CAFFÉ LATTE / LATTE

Latte dalam bahasa Italia berarti ‘susu’. Dibuat dengan campuran 1/3 espresso, 2/3 susu plus tambahan sedikit krim. Karena itu rasa susu caffe latte lebih dominant. Warnanya pun sedikit light dibanding cappuccino.
3. CAPPUCCINO
Senada dengan latte, cappuccino diartikan sebagai ‘kopi susu’. Bedanya ada pada campuran. Cappuccino terdiri dari 1/3 espresso, 1/3 susu dan 1/3 krim. Karena itu, warnanya terlihat kecoklatan. Rasa cappuccino yang sempurna adalah saat susu, krim dan espresso terasa seimbang di lidah.
4. MOCCACINO
Campurannya antara lain satu shot espresso, ½ sendok coklat, 150mm steam milk (susu yang diberi uap panas), whipped cream (krim kocok) plus taburan chocolate chip atau bubuk coklat di atasnya. Minuman ini biasa disebut juga dengan cafė mocca.
5. CON PANNA
Artinya ‘dengan krim’. Satu shot espresso dicampur dengan 15 gr whipped cream di atasnya.
6. MACCHIATO
Macchiato adalah satu shot espresso dengan satu sendok foam milk (busa susu) di atasnya.
Source: Tim Seputar Indonesia - MNC

No comments: