Saturday, February 23, 2008

THE HiSTORY OF MEDAN CHiNESE

Kesawan Street on 28 Aug 1923
1. Dari tahun 1870 s/d 1930, sekitar 300.000 orang China didatangkan Nienhuis ke Tanah Deli, khususnya Medan. Sama dengan imigran lain, mereka diperiksa kesehatannya dan dikirim ke sentra-sentra perkebunan karet, kopi, dll. Pengusaha-pengusaha saat itu tidak hanya Belanda, juga Amerika, Belgia, Jerman, Cheko dan bangsa-bangsa Barat lainnya yang mempunyai hak konsesi tanah dari Sultan Deli (ternyata jumlah ini tidak cukup, didatangkan pula imigran dari India, Jawa, dsb. Makanya Medan menjadi multietnis).
2. Bukan hanya di Deli tapi juga di sekitar: Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Rantau Prapat, Kisaran. Kuli kontrak keturunan China pada zaman Manchu masih punya ‘ekor kuda’.

3. Mereka tidak langsung ke Medan—yang masih hutan belantara—tapi ke Labuhan Deli, ‘pintu masuk’ dulu (kalau kita ke Labuhan Deli sekarang ada ruko-ruko lama model China yang sama seperti yang ada di Malaka, Penang, Singapura). Di sini pula pusat kekuasaan kerajaan Deli, sebelum pindah ke Medan.
4. Ada juga yang datang sebagai pedagang (bersama pedagang Arab dan India) atau yang sekadar mengadu nasib (dari RRC, Penang, Malaysia atau Singapura) yang tersebar ke beragam kota—termasuk Sibolga, Tarutung, Nias dan lain sebagainya—yang berlanjut dengan hubungan perkawinan.
5. Tak heran, model dari rumah toko (ruko) model lama 2 atau 3 lantai yang ada arcade atau kaki limanya yang ada di Medan: di Kesawan, di Pecinan (Jalan Semarang, Jalan Bandung) persis sama dengan ruko yang ada di Penang, Malaysia, Singapura.
6. Orang China di Labuhan Deli mulai berpindah ke Kampung Medan Putri. Kawasan pertama yang mereka tempati adalah kawasan Kesawan (Chinatown I), sekitar tahun 1880, mereka masih menggunakan ruko yang hanya terbuat dari kayu. Sederhana sekali. Sayangnya pada tahun 1890-an akhir ada kebakaran besar; barulah dimulai pembangunan ruko seperti sekarang, yang terbuat dari batu.
7. Tidak harus jadi kuli, tahun 1920-an yang punya modal atau bakat langsung masuk sebagai pedagang. Mereka menuju kota-kota pilihannya.
8. Populasi di Chinatown I semakin bertambah, ditempatilah II: Jalan Cirebon, Jalan Bandung, Jalan Semarang, Jalan Bogor dan sekitarnya yang menjadi pusat perdagangan (pada tahun 1900-an s/d 1940-an).
9. Merasakan perlu ada tempat hunian tersendiri yang bukan ruko tapi rumah tinggal 1 lantai,tahun 1950-an Chinese Medan menyebar ke Jalan Sumatera, Jalan Banda Aceh, Jalan Samosir, Jalan Tapanuli, Jalan Madong Lubis dan sekitarnya.
10. Sekitar tahun 1980-an pun keluar dari Pecinan (Chinatown)—dari pusat kota—menyebar ke pinggiran. Muncul tren tinggal di kompleks perumahan, seperti Taman Setia Budi Indah (Tasbi) dan real estate lainnya.
Minus Plus Karakter Tenglang
Minus
- Kurang kompak.
- Kurang tegas.
- Beberapa kerap terkesan eksklusif; introvert; egois; sombong; kurang ‘berbaur’.
- Suka chin chai-chin chai (=terserah bagaimana bagusnya).
- Kurang berpartisipasi di lingkungan (gotongroyong, siskamling, dll).
- Masih ‘totok’ berbahasa Indonesia; Hokkien;apalagi aksara dan bahasa Mandarin.
(Cat. penulis: Kerap dijumpai pada kalangan orangtua yang pada masa orde baru belum belajar bahasa Indonesia, ditambah dengan kebijakan pemerintah yang membredel budaya Tionghoa dengan dikeluarkannya sejumlah UU & Keppres).
- Beberapa terkesan ‘memonopoli’ bidang perekonomian. (Cat. penulis: Arti monopoli dalam hal ini terkesan bias dan tidak dapat diterjemahkan sebagai bahasa ekonomi. Yang benar adalah, etnis Tionghoa di Indonesia secara makro menguasai jalaur-jalur distribusi perdagangan, dalam skala mikro maupun makro. Arti kata "menguasai" pun bukan artinya "memiliki". Sumber ekonomi dan hajat hidup orang banyak tetap dikuasai dan dimiliki negara).
Plus

- Dermawan; pandai membawa diri, bisa survive dimanapun; di lingkungan adat dan budaya yang sangat asing sekalipun dan juga berani berkorban.
- Sangat menjaga kepercayaan dan memegang teguh prinsip kejujuran.
- Banyak juga yang kompak bergaul dengan beragam kalangan; kompak dengan sesama.
- Ulet; rajin; gemar berwiraswasta untuk membuka lapangan kerja.
- Suara lumayan bagus (bukti: Chen Sing, Mandarin Singing Competition di Indosiar).
- Di bidang seni, politik, sosial, pendidikan, kini tinggal pilih profesi yang diinginkan sesuai bakat dan cita-cita.
- Mau dan konsisten memelihara tradisi negeri leluhur; sembari memperbaiki diri.
Source: Aplaus-The LifeStyle, 65th edition/2-15 Feb 2005
Photo is taken from: www.trijaya-travel.com/htm1/medan.php

No comments: