Saturday, January 12, 2008

Sampah, Penyebab PERUBAHAN IKLIM

Sampah... ya hampir setiap saat kita mendengar kata ini. Tulisan ini disajikan sebagai bagian dari Konferensi Perubahan Iklim PBB di NusaDua Bali awal Desember lalu, sebagai referensi bagi siapa saja, pemerhati maupun aktifis lingkungan, ataupun mereka yang bekerja melestarikan lingkungan secara pribadi, dalam wadah organisasi nirlaba atau badan pemerintah.
Anda tentu bertanya kenapa dan ada apa dengan sampah sehingga dikategorikan sebagai salah satu penyebab berubahnya iklim global. Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfir disebabkan oleh aktivitas manusia di berbagai sektor kehidupan seperti energi, pertanian, kehutanan, peternakan dan sampah.
Data dari kantor Kementerian LH yang dipublikasikan pada 08/01/08 menyebutkan bahwa manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah, yang memberikan kontribusi terbesar terhadap emisi gas rumah kaca. Fakta inilah berbicara bahwa sampah adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).
Pembuangan sampah terbuka di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA), mengakibatkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerob, yang menghasilkan gas metana. Gas ini memiliki kekuatan merusak hingga 20-30x daripada CO2. Diperkirakan setiap 1 ton sampah organik padat, menghasilkan 50 kg gas metana (1 kg gas metana tiap 20 kg sampah).
Bagian Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Kementerian LH menyatakan bahwa dengan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020, akan dihasilkan 500 juta kg sampah atau 190 ribu ton/tahun. Ini artinya pada tahun tersebut, Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfir sebesar 9.500 ton. Fantastis bukan?
Pada tahun 1995, rata-rata orang perkotaan di Indonesia menghasilkan 0.8 kg sampah/hari dan meningkat hingga 1 kg/hari pada tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020, timbunan sampah orang Indonesia setiap hari akan mencapai 2.1 kg. Walau sama-sama menghasilkan sampah, jumlah gas metana yang diemisikan negara berkembang dan negara maju tidaklah sama. Secara global, 65% emisi gas metana dari TPA berasal dari negara maju, 15% dari negara transisi ekonomi dan 20% dari negara berkembang.
Gas metana akan berada di atmosfir bumi dalam kurun waktu 7 - 10 tahun, dan dapat menyebabkan peningkatan suhu sekitar 1.3 derajat Celcius setiap tahunnya.
Lantas apa SOLUSI? Ternyata sangat sederhana sekali, pertama dimulai dari tabiat dan kebiasaan manusia, yang pada tulisan ini, dirangkum penulis dalam 2 bagian, yakni ;
1. Gunakan produk ramah lingkungan berbahan baku daur ulang (recycleable), sehingga hasil pembuangan berupa sampah akan mudah didaur ulang menjadi produk sejenis yang bermanfaat.
2. Hindari penggunaan produk berbahan baku plastik yang bersifat tidak bisa diurai (undedgradable). Jika memungkinkan, pilihlah plastik yang berbahan baku mudah diurai dalam waktu 1 tahun setelah dibenam di lapisan dalam tanah (Catatan penulis: The BodyShop, salah satu retail global di bidang perawatan tubuh, telah memulai upaya memakai plastik yang mudah terurai).
Foto: Kumpulan sampah an-organik yang tidak terurai oleh alam
Source: LKBN Antara

No comments: