Sunday, January 13, 2008

POHON, Bukan Salah 1 Solusi PERUBAHAN IKLIM

Tulisan ini masih bagian dari isu perubahan iklim dunia yang belakangan ini menjadi bagian penting dalam komunitas global untuk menyelamatkan bumi dan isinya. Ternyata apa yang dulu dipandang sebagai solusi mengurangi emisi gas CO2 dan metana, yakni kemampuan pohon untuk menyerap CO2 hasil aktivitas manusia dan industri, kini mulai diragukan keampuhannya karena fenomena pemanasan global tetap saja terjadi.
Sebuah penelitian selama 20 tahun yang menganalisa 30 titik di Kutub Utara mendapati bahwa kemampuan pohon menyerap CO2 terus menurun. Sungguh ironi dengan kampanye yang saat ini berkembang dengan menyebutkan bahwa dengan menanam pohon, laju perubahan iklim bisa ditekan. Gas CO2 yang ada di atmosfer biasanya diserap oleh pohon dan laut untuk kemudian dilepaskan lagi dan ini bukanlah akhir dari siklus karbon.

Laporan dari situs lingkungan hidup http://www.enn.com/ pada Senin, 7 Januari 2008 menyatakan bahwa pohon melepaskan simpanan CO2-nya saat ia membusuk atau terurai. Inilah penyebab munculnya siklus karbon. Suhu yang makin tinggi akibat perubahan iklim, tidak hanya meningkatkan laju pertumbuhan pohon dan tanaman di seluruh dunia, namun juga memicu emisi CO2 yang berlebihan. Maka pohon berubah peran dari penyerap CO2 menjadi produsen CO2 lewat proses penguraian yang lazim terjadi pada musim-musim akhir pertumbuhan pohon.

Bukti yang ada saat ini yaitu awal musim dingin terjadi mundur dari biasanya dan musim panas datang lebih awal. Di Belahan Bumi Utara, suhu udara pada musim semi dan gugur naik sekitar 1.1 dan 0.8 derajat Celcius dalam kurun waktu 2 dekade terakhir.

Ini artinya musim tumbuh pohon semakin lama dan ahli menduga hal ini bagus untuk menekan laju perubahan iklim. Hal ini dapat dilihat dari citra satelit di luar angkasa bahwa luasan hijau di permukaan bumi semakin luas. Namun data terbaru menunjukkan bahwa pola berpikir ini terlalu menyederhanakan masalah. Sekitar 30 titik di pengamatan yang tersebar di Siberia, Alaska, Canada dan Europe diteliti kadar CO2-nya dan bukan hanya dikaji pada saat fotosintesa pohon, namun meliputi kadar CO2 yang dilepaskan pohon dan mikroba selama respirasi dan pembusukan menjelang akhir daur hidup pohon. Team ini memusatkan penelitian pada musim gugur ketika hutan berubah peran menjadi produsen karbon.

Ternyata periode mengurainya pohon datang lebih awal dalam satu tahun, awal periode juga terjadi beberapa hari lebih cepat, di tempat lain bahkan lebih cepat beberapa pekan.
Maka temuan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah CO2 di atmosfir bertambah lebih cepat dari perkiraan awal. Dengan kata lain, perubahan iklim akan terus meningkat di masa mendatang.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), manusia hanya punya waktu 8 tahun untuk mencegah datangnya efek terburuk dari perubahan iklim, yang berarti menjelang 2015 harus ada perubahan signifikan yang berarti yang dilakukan umat manusia di bumi ini.
Maka waktu dan bukti - bukti ilmiah ini harus dijadikan pegangan dan panduan bertindak dan tidak ada kata lainuntuk SOLUSI, selain menurunkan emisi gas rumah kaca, menurunkan gas CO2 dan metana akibat aktivitas manusia dan industri.
OK, see you in UNFCCC 2009 at Copenhagen, Danmark. Let's Save Our Climate!
Foto: Orang Utan (Pongo pgymaeus) in Bukit Lawang - Langkat, salah satu wilayah konservasi Taman Nasional Gunung Leuser, 99 km arah Barat Laut kota Medan. Sumber: www.conservation.or.id

No comments: