Saturday, December 29, 2007

Bali RoadMap - JUST DO iT !

Sebagai catatan sisa di akhir tahun yang tidak dapat dilewatkan, akhirnya Bali RoadMap, hasil dari UNFCCC (United Nations Framework Convention for Climate Change) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, 3-15 Desember 2007 (catatan penulis: semula jadwal hanya sampai 14 Des), disetujui oleh 189 negara peserta dengan 10.000 lebih delegasi.
Mayoritas masyarakat, pejabat publik bahkan wakil rakyat tidak mengetahui apa yang terjadi, apa arti dasar berbagai istilah tentang perubahan iklim. Rangkuman singkat ini diharapkan memberikan sejumlah informasi bagi siapa saja untuk lebih mengetahui konferensi bersejarah tersebut, sekaligus mengambil peran dalam mengimplementasikan Bali RoadMap, karena konservasi lingkungan dan sumber daya alam tidak mengenal batas negara, pulau maupun komunitas. Sebagai warga bumi, satu langit di bawah matahari yang sama (under the same sun), selayaknya kita melestarikan alam lingkungan bagi kelangsungan hidup dan peradaban umat manusia. Mari berbuat segera sekecil apapun!

Arti Dasar
Perubahan ikllim (climate change), dikenal juga dengan istilah climate anomaly, disebabkan oleh penebalan Carbon Dioxide (CO2) di atmosfer bumi serta kerusakan dan penurunan kualitas hutan (deforestation dan degradation). Fakta alam ini terjadi akibat emisi gas CO2 dari pembakaran dan proses industri di luar batas keamanan (green house effect) dan menimbulkan pemanasan global (global warming). Akibat pemanasan global ini, gunung – gunung es di Kutub Utara mulai, sedang dan terus mencair. Maka permukaan air laut akan meninggi jika tidak ada tindakan revolusioner untuk mencegah. Efek lebih jauh dari pemanasan global adalah tenggelamnya pulau-pulau kecil, punahnya berbagai habitat dan makhluk di berbagai belahan dunia. Siklus kemarau yang makin panjang, musim hujan yang tidak menentu, bencana badai yang tidak dapat diprediksi, mengakibatkan hampir semua bagian di bumi ini merasakan dampaknya sejak dekade terakhir ini.
Dampak di atas, membawa pengaruh berantai terhadap berbagai kejadian dan fenomena alam yang banyak kita saksikan, antara lain banjir, longsor, gempa bumi (tektonik dan vulkanik) yang membawa efek Tsunami.
Hal yang sangat ironis ketika pembangunan dunia sampai saat ini difokuskan pada industrial penghasil emisi gas CO2 yang tidak menerapkan suatu moda yang aman terhadap lingkungan.
Jadi dengan semangat Bali RoadMap lah, hendaknya pola pikir kita saatnya di charge kembali, dengan melihat bahaya laten yang tersembunyi akibat mengabaikan kelestarian lingkungan. Untuk PR ini, tidak hanya tugas para pejabat negara, wakil rakyat, pengusaha, LSM lingkungan hidup seperti Walhi, WWF, GreenPeace, dan lainnya, namun peran kita sebagai warga bumi, dengan berbuat segera sekecil apapun, sudah menunjukkan upaya mendukung apa maksud dan tujuan tulisan singkat ini.
Sekjen PBB, Ban Ki Moon mengatakan bahwa nasib bumi dan masa depan umat manusia ditentukan di Bali. Berbagai pujian delegasi UNFCCC terhadap aktifnya Indonesia untuk mendukung perubahan iklim banyak diekspos berbagai media dunia. Namun satu pertanyaan, akankah semua perangkat negara dan masyarakat mendukung? Bukankah hanya segelintir yang memahami arti dasar perubahan iklim? Bukankah saat ini masih banyak pejabat yang mementingkan upaya memperkaya diri dengan azas manfaat dan azas kesempatan berkolusi dengan pengusaha? Bukankah sudah menjadi rahasia umum jika pemberantasan illegal logging belum mencapai titik untuk menyelamatkan alam lingkungan? Berbagai tudingan saling dilempar tanpa adanya muncul suatu sosok yang peduli. Sah-sah sajalah orang berpendapat dalam era kebebasan berdemokrasi, berpendapat, namun marilah kita membuka mata hati sejenak, melihat masa depan bangsa, negara dan planet bumi agar tidak berada dalam ambang kepunahan (countdown to extinction).

Harapan Dunia
Kembali ke Bali RoadMap, penulis mencermati di hari akhir terjadi perdebatan yang alot dan tegang, dimana negara penyumbang emisi gas CO2 terbesar, USA, mengambil posisi keras bahwa angka real pengurangan CO2 tidak perlu disepakati secara internasional, cukup hanya sebatas tanggungjawab setiap negara untuk mengurangi volume CO2 yang mengakibatkan perubahan iklim.
Posisi ini sempat didukung oleh Japan, China, Canada dan Australia. Posisi keras ini diambil tak lain dan tak bukan karena pengurangan emisi CO2 berarti berdampak pada penurunan perekonomian meraka secara signifikan. Kinerja industri, perdagangan dan ekonomi akan terpuruk. Akibatnya, bisa dipahami kalau mereka tidak meratifikasi Protokol Kyoto yang menetapkan pengurangan 5% emisi CO2. Sidang sempat buntu karena Washington mengetahui konferensi Bali akan menetapkan 25 – 50 % pengurangan emisi CO2, akibatnya Al Gore, wakil presiden USA, peraih Nobel perdamaian 2007, mengkritik negaranya sendiri yang tidak memikirkan kepentingan yang lebih besar.
Harapan dunia semakin besar setelah PM Australia, Kevin Ruud, bukan saja menyetujui Bali RoadMap, tetapi juga meratifikasi Kyoto Protocol yang ditolak mantan PM John Howard atas pengaruh USA.
Dunia menjadi optimis kembali takkala dicantumkan 25% pengurangan emisi CO2 yang sebelumnya diprediksi ditolak USA. Kesepakatan inilah yang akan menjadi kerangka kerja yang kokoh pada UNFCCC berikutnya di Copenhagen, Danmark, 2009.
Disamping itu, lahir pula program PBB tentang pemberian dana REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation). Yaitu pengurangan emisi yang ditimbulkan oleh kerusakan dan penurunan kualitas hutan kepada negara-negara berhutan tropis. Dana ini sebagai kompensasi atas peranan hutan tropis dalam menyerap CO2 yang dihasilkan oleh setiap negara berkembang.

Hambatan, Ancaman dan Tantangan
Meski penanganan perubahan iklim telah dimulai di Bali, Bali RoadMap sangat rentan terhadap hambatan, ancaman dan tantangan karena belum ada peraturan perundangan yang mendukung. Disamping itu belum memuat rincian kuantitas, teknologi verifikasi kadar emisi gas maupun sanksi-sanksi. Variabel – variabel inilah yang belum mampu diperdebatkan negara berkembang dalam menghadapi negara industri besar
Maka sangat diperlukan upaya negara-negara yang terlibat pada UNFCCC Bali untuk menguatkan posisi, mempelajari dan memantau langkah-langkah politik USA serta melakukan pendekatan intensif kepada pemerintahan Bush dan pasca Bush. Dunia harus dapat meyakinkan PBB yang sampai saat ini masih di bawah pengaruh USA, bahwa apa yang dilakukan Ban Ki Moon merupakan karya yang sudah tepat untuk menyelamatkan semua ciptaan Tuhan yang paling berharga, yaitu umat manusia.
Source: Olahan berbagai sumber, Desember 2007.

No comments: